Kamis, 05 Mei 2016

ANALISIS GENDER



BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Konsep Analisis Gender
2.1.1        Pengertian gender dan analisis gender
Gender adalah kosakata yang berasal dari bahasa Inggris yang bermakna “jenis kelamin”, dalam glosarium disebut sebagai seks dan gender. Gender sendiri diartikan sebagai “suatu sifat yang melekat pada laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara social, kultural atau hubungan social yang terkontruksi antara perempuan dan laki-laki yang bervariasi dan sangat bergantung pada faktor-faktor budaya, agama, sejarah dan ekonomi.
Gender secara umum digunakan untuk mengidentifkasi perbedaaan laki-laki dan perempuan dari segi social budaya. Semnetara itu, seks secara umum digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologi.
Studi gender lebih menekankan perkembangan aspek maskulinitas atau feminitas seseorang. Berbeda dengan studi seks yang lebih menekankan perkembangan aspek biologis dan komposisi kimia dalam tubuh laki-laki dan perempuan.
Dalam pemaknaan yang lebih luas, gender dapat diartikan sebagai seperangkat nilai, harapan, keyakinan dan stereotype (pelebelan negatif) yang seharusnya diperankan oleh laki-laki dan perempuan dalam kehidupan sosial mereka. Perhatikan matriks di bawah ini sebagai pembeda dan penjelas konsep seks dan gender, yang dalam masyarakat seringkali terdapat kerancuan bahkan pencampuradukan, baik pada aspek teoretis maupun praksis implimikasinya.
Karakteristik Laki-laki dan Perempuan
Mnurut Konstruksi Sosial
Laki-laki
Perempuan
Keterangan
Catatan
Tegas
Lemah Lembut
Gender
Seks : tidak dapat dipertukarkan
Gender : bisa dipertukarkan
Memilki Jakala
Memilki alat menyusui
Seks
Memilki Penis
Memiliki Vagina
Seks
Rasional
Emosional
Gender
Pengambil Keputusan
Konco Wingking (teman di belakang)
Gender
Kepala keluarga
Ibu rumah tangga
Gender
Pencari nafkah utama
Pencari nafkah tambahan
Gender
Berwawasan jauh ke depan
Tidak berwawasan jauh ke depan
Gender

Analisis Gender adalah proses menganalisis data dan informasi secara sistematis tentang laki-laki dan perempuan untuk mengidentifikasikan dan mengungkapkan kedudukan, fungsi, peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
2.1.2        Tujuan Analisis Gender
1.    Tujuan Umum.
Tujuan umum analisis gender adalah untuk menyusun kebijakan program dan kegiatan pembangunan dengan memperhitungkan situasi dan kondisikan kebutuhan-kebutuhan gender.
2.    Tujuan Khusus
Memahami pengertian menganalisis posisi perempuan dan laki-laki :
a.       Memahami pengertian analisis
b.      Memahami tujuan analisis
c.       Memahami langkah-langkah analisis gender
d.      Memahami teknik analisis gender
e.       Mampu melakukan analisis gender
2.1.3        Ruang Lingkup Analisis Gender
Analisis Gender ini dapat digunakan untuk menganalisis dalam perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi kebijakan program dan kegiatan dalam berbagai aspek pembangunan.
  
2.2    Jenis-jenis Analisis Gender
Ada beberapa model dalam penelitian analisis gender, yaitu:
2.2.1        Model Harvard
Analisis Model Harvard atau Kerangka Analisis Harvard, dikembangkan olehHarvard Institute for International Development, bekerja sama dengan KantorWomen In Development (WID)-USAID. Model Harvard ini didasarkan pada pendekatan efisiensi WID yang merupakan kerangka analisis gender dan perencanaan gender yang paling awal (Puspitawati, 2012).
1.    Tujuan
Tujuan kerangka Harvard adalah untuk:
a.       Menunjukkan bahwa ada suatu investasi secara ekonomi yang dilakukan oleh perempuan maupun laki-laki, secara rasional.
b.      Membantu para perencana merancang proyek yang lebih efisien dan memperbaiki produktivitas kerja secara menyeluruh.
c.       Mencari informasi yang lebih rinci sebagai dasar untuk mencapai tujuan efisiensi dengan tingkat keadilan gender yang optimal.
d.      Memetakan pekerjaan laki-laki dan perempuan dalam masyarakat dan melihat faktor penyebab perbedaan (Puspitawati, 2012).
2.    Penggunaan
Penggunaan kerangka analisis Harvard lebih cocok untuk perencanaan proyek dibandingkan dengan perencanaan program atau kebijakan. Kerangka ini juga dapat digunakan sebagai titik masuk (entry point) gender netral dan digunakan bersamaan dengan kerangka Analisis Moser untuk mencari gagasan dalam menentukan kebutuhan strategik gender. Kerangka Harvard pada mulanya diuraikan di dalam Overholt, Anderson, Cloud and Austin, Gender Roles in Development Projects: A Case Book, 1984, Kumarian Press: Connecticut. Kerangka ini terdiri atas sebuah matriks yang mengumpulkan data pada tingkat mikro (masyarakat dan rumah tangga), meliputi empat komponen yang berhubungan satu dengan lainnya (Puspitawati, 2012).
Komponen/langkah dalam teknis analisis gender model Harvard meliputi analisis profil kegiatan 3 peran atau triple roles (terdiri atas peran publik dengan kegiatan produktifnya, peran domestik dengan kegiatan reproduktifnya dan peran kemasyarakatan dengan kegiatan sosial budayanya), profil akses dan kontrol dan faktor yang mempengaruhi kegiatan akses dan kontrol. Sedangkan parameter yang digunakan adalah usia, alokasi waktu, jenis dan lokasi kegatan serta pendapatan (Puspitawati, 2012).
3.    Kelebihan
Berikut ini beberapa kelebihan teknik analisis gender model harvard, antara lain:
a.    Praktis dan mudah digunakan khususnya pada analisis mikro yakni level komunitas dan keluarga.
b.    Berguna untuk baseline informasi yang detail.
c.    Fokus pada hal-hal yang kasat mata, fakta objektif, fokus pada perbedaan gender dan bukan pada kesenjangan.
d.   Mudah dikomunikasikan pada pemula.

4.    Kekurangan
Berikut ini beberapa kekurangan teknik analisis gender model harvard, antara lain:
a.    Tidak fokus pada dinamika relasi kuasa dan kesenjangan (inequality)
b.    Tidak efektif untuk sumberdaya yang tidak kasat mata seperti jaringan social.
c.    Terlalu menyederhanakan relasi gender yang kompleks, kehilangan aspek negosiasi, tawar-menawar dan pembagian peran (Lassa, 2010).
2.2.1        Model Moser
Model Moser didasarkan pada pendapat bahwa perencanaan gender bersifat “teknis polities”. Terdapat alat-alat yang digunakan model ini dalam perencanaan untuk semua tingkatan dari proyek sampai ke perencanaan, yaitu, identifikasi peranan gender, penilaian kebutuhan gender, pemisahan kontrol atas sumber daya dan pengambilan keputusan dalam rumah tangga, menyeimbangkan peran, alat matriks kebijakan WID  dan GAD, melibatkan perempuan, organisasi perempuan dalam penyadaran gender dalam perencanaan pembangunan. Di dalam model Moser ini, tujuannya agar mampu melihat kesenjangan perempuan dan laki-laki, penekanan pada seluruh aspek kerja di mana membuat peranan ganda perempuan terlihat, menekankan dan mempertanyakan asumsi dibalik proyek-2 intervensi, penekanan pada perbedaan antara memenuhi kebutuhan dasar-praktis dengan kebutuhan strategis.
2.2.2        Model SWOT (Strengthen, Weakness, Oppurtunity and Threat)
Teknik ini merupakan suatu analisis manajemen dengan cara mengidentifikasi secara internal mengenai kekuatan dan kelemahan dan secara eksternal mengenai peluang dan ancaman. Dalam rangka menyusun program aksi, langkah-langkah/tindakan untuk mencapai sasaran maupun tujuan kegiatan dengan cara memaksimalkan kekuatan dan peluang, serta meminimalkan kelemahan dan ancaman.
2.2.3        Model Longwe Framework – Kerangka Kerja ”Pemberdayaan”
Kerangka Longwe berfokus langsung pada penciptaan situasi/pengkondisian di mana masalah kesenjangan, diskriminasi dan subordinasi diselesaikan. Untuk mencapai tingkat pemberdayaan dan kesederajatan di mana ditunjukan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar-praktis perempuan tidak pernah sama dengan, pemberdayaan maupun sederajat.
Kelemahan-kelemahan pun terdapat di setiap model-model tersebut. Pada model Moser, Fokus pada perempuan dan laki-laki dan tidak pada relasi sosial, Tidak menekanakan aspek lain dari kesenjangan seperti akses atas sumber daya. Begitu juga pada model SWOT, jika di dalam penyusunan tidak memaksimalkan untuk peluang di dalam usaha tersebut maka akan rentan pada ancaman-ancaman yang akan mengganggu pengidentifikasiaannya.