BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Analisis Gender
2.1.1
Pengertian
gender dan analisis gender
Gender
adalah kosakata yang berasal dari bahasa Inggris yang bermakna “jenis kelamin”,
dalam glosarium disebut sebagai seks dan gender. Gender sendiri diartikan sebagai “suatu sifat yang melekat pada laki-laki
maupun perempuan yang dikonstruksi secara social, kultural atau hubungan social
yang terkontruksi antara perempuan dan laki-laki yang bervariasi dan sangat
bergantung pada faktor-faktor budaya, agama, sejarah dan ekonomi.
Gender
secara umum digunakan untuk mengidentifkasi perbedaaan laki-laki dan perempuan
dari segi social budaya. Semnetara itu, seks secara umum digunakan untuk
mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologi.
Studi
gender lebih menekankan perkembangan aspek maskulinitas atau feminitas
seseorang. Berbeda dengan studi seks yang lebih menekankan perkembangan aspek
biologis dan komposisi kimia dalam tubuh laki-laki dan perempuan.
Dalam
pemaknaan yang lebih luas, gender dapat diartikan sebagai seperangkat nilai,
harapan, keyakinan dan stereotype
(pelebelan negatif) yang seharusnya diperankan oleh laki-laki dan perempuan
dalam kehidupan sosial mereka. Perhatikan matriks di bawah ini sebagai pembeda
dan penjelas konsep seks dan gender, yang dalam masyarakat seringkali terdapat
kerancuan bahkan pencampuradukan, baik pada aspek teoretis maupun praksis
implimikasinya.
Karakteristik Laki-laki dan
Perempuan
Mnurut Konstruksi Sosial
Laki-laki
|
Perempuan
|
Keterangan
|
Catatan
|
Tegas
|
Lemah Lembut
|
Gender
|
Seks : tidak dapat dipertukarkan
Gender : bisa dipertukarkan
|
Memilki Jakala
|
Memilki alat menyusui
|
Seks
|
|
Memilki Penis
|
Memiliki Vagina
|
Seks
|
|
Rasional
|
Emosional
|
Gender
|
|
Pengambil Keputusan
|
Konco Wingking (teman di belakang)
|
Gender
|
|
Kepala keluarga
|
Ibu rumah tangga
|
Gender
|
|
Pencari nafkah utama
|
Pencari nafkah tambahan
|
Gender
|
|
Berwawasan jauh ke depan
|
Tidak berwawasan jauh ke depan
|
Gender
|
Analisis Gender adalah proses
menganalisis data dan informasi secara sistematis tentang laki-laki dan
perempuan untuk mengidentifikasikan dan mengungkapkan kedudukan, fungsi, peran
dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan, serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
2.1.2
Tujuan Analisis Gender
1. Tujuan Umum.
Tujuan
umum analisis gender adalah untuk menyusun kebijakan program dan kegiatan
pembangunan dengan memperhitungkan situasi dan kondisikan kebutuhan-kebutuhan
gender.
2. Tujuan Khusus
Memahami
pengertian menganalisis posisi perempuan dan laki-laki :
a. Memahami pengertian analisis
b. Memahami tujuan analisis
c. Memahami langkah-langkah analisis
gender
d. Memahami teknik analisis gender
e. Mampu melakukan analisis gender
2.1.3
Ruang Lingkup Analisis Gender
Analisis
Gender ini dapat digunakan untuk menganalisis dalam perencanaan, pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi kebijakan program dan kegiatan dalam berbagai aspek
pembangunan.
2.2
Jenis-jenis
Analisis Gender
Ada beberapa model dalam penelitian
analisis gender, yaitu:
2.2.1
Model Harvard
Analisis
Model Harvard atau Kerangka Analisis Harvard, dikembangkan olehHarvard
Institute for International Development, bekerja sama dengan KantorWomen
In Development (WID)-USAID. Model Harvard ini didasarkan pada pendekatan
efisiensi WID yang merupakan kerangka analisis gender dan perencanaan gender
yang paling awal (Puspitawati, 2012).
1. Tujuan
Tujuan kerangka Harvard adalah
untuk:
a. Menunjukkan
bahwa ada suatu investasi secara ekonomi yang dilakukan oleh perempuan maupun
laki-laki, secara rasional.
b. Membantu
para perencana merancang proyek yang lebih efisien dan memperbaiki
produktivitas kerja secara menyeluruh.
c. Mencari
informasi yang lebih rinci sebagai dasar untuk mencapai tujuan efisiensi dengan
tingkat keadilan gender yang optimal.
d. Memetakan
pekerjaan laki-laki dan perempuan dalam masyarakat dan melihat faktor penyebab
perbedaan (Puspitawati, 2012).
2. Penggunaan
Penggunaan
kerangka analisis Harvard lebih cocok untuk perencanaan proyek dibandingkan
dengan perencanaan program atau kebijakan. Kerangka ini juga dapat digunakan
sebagai titik masuk (entry point) gender netral dan digunakan bersamaan dengan
kerangka Analisis Moser untuk mencari gagasan dalam menentukan kebutuhan
strategik gender. Kerangka Harvard pada mulanya diuraikan di dalam Overholt,
Anderson, Cloud and Austin, Gender Roles in Development Projects: A
Case Book, 1984, Kumarian Press: Connecticut. Kerangka ini terdiri atas sebuah
matriks yang mengumpulkan data pada tingkat mikro (masyarakat dan rumah
tangga), meliputi empat komponen yang berhubungan satu dengan lainnya
(Puspitawati, 2012).
Komponen/langkah
dalam teknis analisis gender model Harvard meliputi analisis profil kegiatan 3
peran atau triple roles (terdiri atas peran publik dengan kegiatan
produktifnya, peran domestik dengan kegiatan reproduktifnya dan peran
kemasyarakatan dengan kegiatan sosial budayanya), profil akses dan kontrol dan
faktor yang mempengaruhi kegiatan akses dan kontrol. Sedangkan parameter yang
digunakan adalah usia, alokasi waktu, jenis dan lokasi kegatan serta pendapatan
(Puspitawati, 2012).
3. Kelebihan
Berikut
ini beberapa kelebihan teknik analisis gender model harvard, antara lain:
a. Praktis
dan mudah digunakan khususnya pada analisis mikro yakni level komunitas dan
keluarga.
b. Berguna
untuk baseline informasi yang detail.
c. Fokus
pada hal-hal yang kasat mata, fakta objektif, fokus pada perbedaan gender dan
bukan pada kesenjangan.
d. Mudah
dikomunikasikan pada pemula.
4. Kekurangan
Berikut
ini beberapa kekurangan teknik analisis gender model harvard, antara lain:
a. Tidak
fokus pada dinamika relasi kuasa dan kesenjangan (inequality)
b. Tidak
efektif untuk sumberdaya yang tidak kasat mata seperti jaringan social.
c. Terlalu
menyederhanakan relasi gender yang kompleks, kehilangan aspek negosiasi,
tawar-menawar dan pembagian peran (Lassa, 2010).
2.2.1
Model Moser
Model Moser didasarkan pada pendapat bahwa perencanaan
gender bersifat “teknis polities”. Terdapat alat-alat yang digunakan model ini
dalam perencanaan untuk semua tingkatan dari proyek sampai ke perencanaan,
yaitu, identifikasi peranan gender, penilaian kebutuhan gender, pemisahan
kontrol atas sumber daya dan pengambilan keputusan dalam rumah tangga,
menyeimbangkan peran, alat matriks kebijakan WID dan GAD, melibatkan
perempuan, organisasi perempuan dalam penyadaran gender dalam perencanaan
pembangunan. Di dalam model Moser ini, tujuannya agar mampu melihat kesenjangan
perempuan dan laki-laki, penekanan pada seluruh aspek kerja di mana membuat
peranan ganda perempuan terlihat, menekankan dan mempertanyakan asumsi dibalik
proyek-2 intervensi, penekanan pada perbedaan antara memenuhi kebutuhan
dasar-praktis dengan kebutuhan strategis.
2.2.2
Model SWOT (Strengthen, Weakness,
Oppurtunity and Threat)
Teknik ini merupakan suatu analisis manajemen dengan cara
mengidentifikasi secara internal mengenai kekuatan dan kelemahan dan secara
eksternal mengenai peluang dan ancaman. Dalam rangka menyusun program aksi,
langkah-langkah/tindakan untuk mencapai sasaran maupun tujuan kegiatan dengan
cara memaksimalkan kekuatan dan peluang, serta meminimalkan kelemahan dan ancaman.
2.2.3
Model Longwe Framework – Kerangka
Kerja ”Pemberdayaan”
Kerangka Longwe berfokus langsung
pada penciptaan situasi/pengkondisian di mana masalah kesenjangan, diskriminasi
dan subordinasi diselesaikan. Untuk mencapai tingkat pemberdayaan dan
kesederajatan di mana ditunjukan bahwa pemenuhan kebutuhan dasar-praktis
perempuan tidak pernah sama dengan, pemberdayaan maupun sederajat.
Kelemahan-kelemahan pun terdapat di
setiap model-model tersebut. Pada model Moser, Fokus pada perempuan dan
laki-laki dan tidak pada relasi sosial, Tidak menekanakan aspek lain dari
kesenjangan seperti akses atas sumber daya. Begitu juga pada model SWOT, jika
di dalam penyusunan tidak memaksimalkan untuk peluang di dalam usaha tersebut
maka akan rentan pada ancaman-ancaman yang akan mengganggu
pengidentifikasiaannya.